(Dimuat di Tribun Jabar edisi Minggu, 22 Juli 2018) Seorang pemuda berjalan sempoyongan menuju suatu kota mati. Tidak ada apa pun yang dia bawa kecuali tas plastik berisi beberapa lembar baju dan satu buah buku. Di kejauhan, ada titik kecil bergerak-gerak dan tertangkap oleh bola mata keruh si pemuda yang agaknya belum makan sejak dua hari lalu. Melihat itu, semangatnya berkobar dan keputusan pun diambil: pergi ke sana dan mencari pertolongan. Tentu saja menuju titik kecil yang dipisahkan jarak beberapa ratus meter tidaklah semudah yang dulu pemuda itu lakukan ketika situasi masih normal. Perang merenggut banyak hal, termasuk situasi sesederhana berjalan kaki menuju rumah makan cepat saji. Dulu rumah makan tempat biasa dia pergi mencari nafkah masih lebih jauh dari jarak yang kini harus ditempuhnya demi bantuan. Berjuang sedemikian rupa, dengan sisa tenaga yang ada, si pemuda tampak kecewa ketika tiba di tempat tujuannya, yang ternyata hanyalah sebukit sampah. Titik
Menghibur dengan Sepenuh Hati