Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2014

[Cerpen]: "Diorama Botol Bernyawa Satu" - kolaborasi Ken Hanggara dengan Ma'arifa Akasyah

#1      Perabotan magnalium telah siap membawa tubuh kuning mudaku ke tanah impian. Kuhirup komplementer segar di sela jemariku yang merendah suhunya. Kukembangkan bibir yang tak kumengerti harus meletakkan titik tengahnya dengan elevasi atau depresi. Raut Flo, sahabat terbaik yang akan segera kutinggal bersama asakku di bumi pertiwi, menampakkan guratan dahi di atas matanya yang sembab. Berkali-kali ia memelukku tanpa kata.

[Cerpen]: "Jakarta, Saksi Surat Terakhirmu" karya Ken Hanggara

Senja yang menggantung di langit barat seolah sengaja menepikan diriku jauh dalam lamunan. Ada sepetik harapan yang terselip di sana. Tidaklah mudah untuk diraih namun cukup indah dipandang bagi siapa pun yang tengah kasmaran. Tidaklah tampak berujung karena mata angin pun tiada memihak padaku, juga gadis itu. Tidak juga sesederhana lipatan kain sarung yang melingkar di sekitar leherku yang dekil. Membayangkan hari perpisahan antara kami, tak pernah membuatku merasa sedikit lebih baik. Justru perih itu terulang kembali — berputar dalam mozaik adegan yang tersusun rapi di sela gulungan pita film.

Berkelana Bersama "Rembang Dendang"

"Puisi adalah setiap hela napas dan gerak lakunya," begitulah kalimat yang selalu berputar dalam kepala saya. Terlebih ketika bertemu dengan orang-orang yang mampu mengangkat realita beserta alam imajinasinya ke dalam bentuk puisi yang ajaib. Salah satu orang itu adalah Denni Meilizon.

Agar Minus Tak Lagi Menangis: Proses Kreatif Buku Kumpulan Cerpen "Minus Menangis"

    Saya punya dua analogi dalam menulis. Bagi saya ide itu bagaikan batu. Sedangkan karya, ibarat rumah. Batu tidak mempunyai arti bila ia tetap diam dalam keberadaannya. Sedang tanpa batu, rumah tidak akan berdiri. Jadi, "sebongkah batu" memberi arti bila kita menjadikan ia pondasi "rumah" yang akan dibangun.     Bagaimana caranya agar "rumah" itu selesai? Bagaimana pula agar tidak kekurangan "batu"? Pertanyaan ini dapat terjawab jika kita benar-benar menginginkan "rumah". Mau tidak mau, segala upaya dilakukan. Semakin keras, semakin jelas menunjukkan seberapa serius kita ingin memiliki "rumah". Dengan pemikiran semacam inilah, saya mampu mengatasi kebuntuan dalam mengembangkan ide. Saya tanamkan di alam bawah sadar, bahwa: "Aku tidak berhenti sampai rumah ini selesai!"     Metode menulis ini saya sebut dengan metode "Rumah Batu". Mungkin aneh. Tapi setidaknya dengan begini; "menanam pemahaman b