Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2018

[Cerpen]: "Penjual Mata" karya Ken Hanggara

(Dimuat di Kedaulatan Rakyat edisi Minggu, 28 Januari 2018)       Sudah berhari-hari aku berkeliling untuk menjual bola mataku, tapi tidak ada yang sudi membeli. Katanya, bola mataku terlalu suci untuk orang-orang seperti mereka yang selama ini kerap mempergunakan anugerah penglihatan untuk mengeruk banyak dosa.     Aku tidak tahu kenapa orang-orang ini begitu sadar dan tidak malu mengakui dosa yang mereka perbuat. Meski sebenarnya mereka butuh mata cadangan, sebab aku hanya menjual mataku untuk orang-orang yang kehilangan satu atau dua bola mata gara-gara karma atau (menurut dugaanku) kecelakaan, mereka tetap merasa bola mataku terlalu suci.     Sebenarnya, penjual bola mata di negeri ini bukan hanya aku. Hampir setiap hari ada saja orang yang bola matanya tiba-tiba copot begitu saja, dan jika insiden semacam itu terjadi, siapa pun yang bersangkutan kemungkinan berpikir soal karma. Aku tidak tahu apa mereka benar-benar yakin bahwa karma memang bekerja, tapi dari pengakuan orang t

[Cerpen]: "Reuni" karya Ken Hanggara

(Dimuat di Tabloid NOVA No. 1561/XXX - 22-28 Januari 2018)       Pianis yang duduk di pojok aula itu piawai mengiringi bintang di acara malam ini, seorang pria berbadan jangkung dengan wajah teduh. Cukup dengan piano, tanpa gitar, apalagi drum, tembang One Last Cry sudah membuat bulu kuduk Dina berdiri. Ia duduk tegap dan sesekali mengusap keringat di dahinya. Kalau bukan karena sifat alamiah bola mata, barangkali dia lebih suka tidak ada kedipan untuk sisa malam ini. Ia tidak lupa, dulu lelaki itu adalah bintang.     Dan akan selalu menjadi bintang sampai malam ini.     Dina juga tidak lupa kejadian yang menyakitkan itu. Dia lirik seseorang di kiri jauh, kira-kira sebelas kursi jaraknya. Seorang wanita tampak menikmati suguhan lagu dari si jangkung. Wanita yang dulu pernah menjadi bagian dari hidup Dina. Pernah? Ya, dan tidak bisa lebih dari pernah, meski kini wajah itu terlihat jauh berbeda. Apanya? Cantik? Diam-diam rasa iri menyelinap di hati. Bagaimanapun, memutar kenangan bi