Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2019

[Cerpen]: "Api Diana" karya Ken Hanggara

(Dimuat di Galeri Buku Jakarta pada 24 September 2019)   Aku ingin bercinta sampai mati, tetapi acara bedah buku itu sudah berakhir. Diana dan aku harus bergegas, dan kepada tuan rumah yang juga sekaligus pembicara utama di bedah buku kali ini, kukatakan dengan wajah tanpa dosa: "Sering-seringlah menerbitkan karya dan undang aku seperti malam ini."   Aku hanya bercanda. Penulis yang juga sahabatku itu pacar Diana, dan aku bukan jenis pemain yang suka menantang bahaya. Berhubungan intim dengan pacar sahabatmu pada waktu bersamaan, di bangunan yang seatap dengan suatu acara penting yang mana sahabatmu itu menjadi rajanya, adalah kekurang-ajaran yang pantas mendapat ganjaran. Aku tidak berharap ganjaran berat kelak menimpaku.  

[Cerpen]: "Rahasia yang Terkubur" karya Ken Hanggara

(Dimuat di nyimpang pada 21 September 2019)   Tante Mei memaksa menembus hutan di belakang rumah dengan kami temani, dan membangun tenda dan hidup di sana dengan hasrat mencari suaminya yang tiba-tiba tak ada kabar. Om Han, paman kami, tidak senang mabuk dan tidak pernah terlihat keluar dengan wanita lain.   Kepada Tante, kukatakan, "Banyak hal yang dahulu terdengar mustahil, akan selalu mungkin terjadi."   Tentu saja bukan cuma aku yang mengatakan itu. Beberapa orang di keluarga kami setuju dengan pendapatku dan mengira Om Han memang pergi karena bosan, dan bukan hilang dimangsa sesuatu di hutan itu. Tante Mei perempuan menarik. Ia masih cantik walau sudah menginjak usia kelima puluh. Aku tahu, jika dulu lahir dan hidup semasa dengannya, barangkali Om Han jadi saingan terberatku. Aku membayangkan itu karena tanteku dulu terkenal sebagai bunga desa.

[Review Film]: "Komedi tentang Televisi dan Selebriti Dadakan"

Judul: Pretty Boys Genre: Komedi, drama Sutradara: Tompi Penulis: Imam Darto, Tompi Pemeran: Vincent Rompies, Deddy Mahendra Desta, Danilla Riyadi, Imam Darto, Ferry Maryadi, Tora Sudiro, Roy Marten. Tahun rilis: 2019 Negara: Indonesia " Pretty Boys " adalah debut yang luar biasa bagi seorang Tompi yang baru kali ini menyutradarai sebuah film. Tak mudah menggarap film komedi, tapi dia berhasil mengemas komedi-komedi cerdas dan sekaligus sukses memasukkan kritik atas dunia pertelevisian kita hari ini. Tentu keberhasilan ini tak lepas dari dua aktor utama yang bermain dengan sangat apik, yakni Vincent dan Desta. Film ini mengisahkan dua orang sahabat, Anugerah dan Rahmat, yang bercita-cita menjadi host atau pembawa acara terkenal di program hiburan di televisi. Sejak kecil mereka suka mengasah kemampuan di depan teman-teman bermain. Mereka berharap bisa meraih tujuan terpendam dengan menjadi terkenal di layar kaca. 

[Review Film]: "Asal-Usul Badut Pennywise Masih Dipertanyakan"

  Judul: It Chapter Two Genre: Horor Sutradara: Andy Muschietti Penulis: Gary Dauberman, Jeffrey Jurgensen Berdasarkan: "It" (Stephen King) Pemain: James McAvoy, Jessica Chastain, Jay Ryan, Bill Hader, Isaiah Mustafa, James Ransone, Andy Bean, Jess Weixler, Teach Grant, Bill SkarsgÃ¥rd Tahun rilis: 2019 Negara: Amerika Serikat " It Chapter Two " (2019) agak sedikit di bawah harapanku. Di film ini, para tokoh utama dalam " It " (2017) telah dewasa. Hal yang paling kukagumi dari pemilihan pemain untuk karakter-karakter ini adalah kemiripan para pemeran untuk masa kecil dan dewasa. Hanya pemeran karakter Beverly dewasa yang aku kurang suka (dari segi kemiripan dan lain-lain). Setelah nonton film pertama dulu kubayangkan yang cocok memerankan Beverly dewasa malah Amy Adams . " It Chapter Two " mengisahkan berkumpulnya kembali The Losers Club yang beranggotakan Bill dkk. Semasa kecil mereka membuat janji untuk bertemu lagi di kot

[Cerpen]: "Doa Seorang Kekasih yang Terjebak Hujan" karya Ken Hanggara

(Dimuat di Radar Mojokerto edisi Minggu, 22 September 2019) Hujan sore ini salah kirim. Mestinya Tuhan menuang hujan di tempat lain, bukan di tempat sepasang kekasih bikin janji. Paling tidak Tuhan menunda empat atau lima jam, hingga kencan itu kelar dan sepasang kekasih tiba di rumah masing-masing dengan pikiran melantur ke mana-mana. Baru setelah itu hujan boleh turun. Tentu orang pacaran pasti senang. Orang kelewat senang—gara-gara sang pacar secantik bidadari langit ketujuh—biasanya suka melantur. Misalnya, orang bicara sandal, yang dia pikir malah bantal, dan saat membahas sepak bola malah dikira kepala sekolah. Begitulah kira-kira bayangan saya soal akhir sore yang manis bagi para pengencan. Namun, itu kalau tak ada hujan. Sayang sekali, hujan sore ini makin deras. Tuhan suka bermain-main. Saya bayangkan Tuhan tertawa melihat saya merana. "Motorku rusak, oh, Tuhan. Bagaimana bisa ke rumah Maria kalau begini?" Saya mengeluh, tetapi tetap tenang dan

[Cerpen]: "Menjadi Martir Bukan Perkara Gampang" karya Ken Hanggara

(Dimuat di Fajar Makassar edisi Minggu, 22 September 2019) Mugeni, lelaki bertubuh pendek itu, sudah bertahun-tahun melajang, dan di pagi itu ia sudah sampai pada pemikiran kalau ia tidak akan dapat menikahi seorang pun wanita. Ia putus asa dan mempertimbangkan untuk bunuh diri saja. Ada beberapa faktor yang mesti dipikirkan, tetapi selang beberapa malam, keputusan diambil: ia harus mati. Di tepi sebuah balkon, angin menghantam wajah dan kumis Mugeni. Seandainya saja lelaki itu bisa mengajak seseorang bicara, ia ingin bersumpah keras-keras betapa baru saja ia menghirup aroma surgawi. Sebuah aroma yang menghantarkan pada perasaan damai tak terkira. Sebuah perasaan yang jarang ditemui seumur hidupnya.

[Review Film]: "Gundala yang Tangguh, tapi Sedikit Kewalahan"

  Judul: Gundala Genre: Superhero, drama, action, thriller Sutradara: Joko Anwar Skenario: Joko Anwar Pemain: Abimana Aryasatya, Tara Basro, Bront Palarae, Ario Bayu, Rio Dewanto, Marissa Anita Tahun rilis: 2019 Negara: Indonesia "Gundala" (2019) memenuhi ekspektasiku atas film superhero lokal yang seharusnya. "Gundala" dimulai dengan kisah masa kecil Sancaka yang malang. Ayahnya meninggal dalam peristiwa demonstrasi demi menuntut keadilan bagi para buruh, sementara ibunya meninggal oleh penyakit parah yang tak Sancaka ketahui. Sancaka kecil yang takut pada petir meninggalkan rumah setelah sang ibu tak kunjung pulang dari kepergiannya ke Tenggara untuk pekerjaan baru. Belakangan diketahui, ternyata sang ibu bukan ke sana untuk sebuah pekerjaan.

[Review Film]: Karakter Psikopat Paling Hebat dalam 10 Tahun Terakhir

Judul: The House That Jack Built Sutradara: Lars von Trier Genre:  Psychological horror Skenario: Lars von Trier Cerita: Jenle Hallund, Lars von Trier Pemain: Matt Dillon, Bruno Ganz, Uma Thurman, Siobhan Fallon Hogan, Sofie GrÃ¥bøl, Riley Keough, Jeremy Davies Tahun rilis: 2018 Negara: Denmark, Swedia, Prancis, Amerika Serikat, Inggris " The House That Jack Built " (2018) baru sempat kutonton kurang lebih enam bulan sejak rilis pada November 2018 di Amerika Serikat, padahal jauh-jauh hari sudah kusiapkan diri untuk menontonnya. Ternyata film ini jauh melebihi ekspektasiku. 

[Review Film]: Kejeniusan yang Masih Bolong

Judul: Parasite/Gisaengchung Sutradara: Bong Joon-ho Genre: Black comedy thriller Skenario: Bong Joon-ho, Han Jin-won Pemain: Song Kang-ho, Lee Sun-kyun, Cho Yeo-jeong, Choi Woo-shik, Park So-dam Tahun rilis: 2019 Negara: Korea Selatan " Parasite " (2019) cukup menghibur bagiku pribadi. Aku sepakat film ini tergolong film yang jenius, tapi jelas tidak sebaik thriller dan dark-comedy lain seperti " Dogtooth " (2009), " Der Bunker " (2015) atau sebut saja " Funny Games " (1997) (dibuat ulang tahun 2007 dengan judul yang sama ). Ketiga film itu sama-sama menampilkan "keluarga" sebagai "orang-orang sial".

[Cerpen]: "Kiamat dan Murbani" karya Ken Hanggara

"La Mort da Marat" karya Jacques Louis David (Dimuat di Radar Bromo edisi Minggu, 1 September 2019) Murbani membayangkan dunia beserta isinya hancur lebur setelah dia tertidur. Dia tak berharap apa-apa. Lagi pula, tiada sesuatu pun yang tersisa untuk dia sesali hari ini. Dia boleh saja hilang tidak berbekas di antara puing-puing semesta. Dia juga boleh saja tiba-tiba melesat melintasi berbagai titik yang tak pernah dibayangkannya, untuk diantar ke gerbang surga atau neraka. Bahkan, dia sendiri mulai tidak yakin jika nanti hidupnya akan tetap berlanjut meski dunia telah berakhir, sehingga yang bisa dia bayangkan cuma satu: bahwa setelah dia tertidur kali ini, nanti, tak akan ada lagi sesosok makhluk atau jiwa bernama Murbani, karena dia telah lebur menjadi debu dan tiada untuk selamanya. "Jika aku seekor binatang, aku akan menjadi debu dan tiada untuk selamanya. Tapi, tidakkah menyenangkan jika aku masih boleh menjadi debu dan tiada untuk selamanya meski aku bu