(Dimuat di Radar Bromo edisi Minggu, 14 Oktober 2018) Jarang-jarang Mudakir mampir ke rumahku seperti sore itu. Ia duduk di kursi teras dan menyapaku begitu mesin motor kumatikan. Aku turun dari motor dan langsung saja menyambut jabat tangannya. Kami tetap duduk di kursi teras, karena Mudakir meminta demikian. Sejak tiba ke rumahku sejam yang lalu, istriku memintanya duduk di ruang tamu, tetapi tamu kami ini bersikeras duduk di teras rumah. Karena tadi menolak suguhan teh atau kopi sebelum aku tiba di rumah, istri pun ke dapur untuk membuatkan minum. Setelah minuman disuguhkan, aku bertanya apa yang membuat Mudakir berubah? Teman lamaku itu menunduk malu, karena selama ini kami jarang bertemu meski rumah kami tidak terlalu jauh. Aku sering mampir ke tempat Mudakir, sekadar ingin ngobrol atau mengajaknya mancing ketika libur, tetapi dia sering kali tidak sempat atau tidak ada di rumah.
Menghibur dengan Sepenuh Hati