Skip to main content

Posts

[Cerpen]: "Di Tempat Kejadian Perkara" karya Ken Hanggara

(Dimuat di Radar Mojokerto, Minggu, 3 Juli 2016)       Tidak ada makanan untuk kucingku. Jangankan makanan untuknya, aku saja yang manusia belum menelan apa-apa sejak kemarin sore. Perutku terasa amat lengket dan kubayangkan ada pabrik lem besi di ususku.     Sirene ambulans terdengar di luar sana dan kutatap jam. Pukul tujuh pagi. Hari terlalu dini untuk sebuah kecelakaan. Mungkin ada yang terluka parah, atau barangkali ada yang tewas?     Membuang kesuntukan karena kamar kost ini lama-lama terasa busuk, juga demi tak membatalkan janji bersama pacarku, karena aku tidak bisa menahan kantuk kalau harus menunggunya di sini, bersama si Imo, kucingku, aku pun menghambur ke depan, mengikuti barisan orang penghuni kost yang juga sama-sama menganggur dan ingin menonton TKP.     "Motor lawan truk, Bos!" kata seseorang. Asap rokok bergumpalan di udara dan aku, dengan Imo di pelukan, menerabas kepul asap dan belasan manusia hingga sampai di gang depan.     Begitu jalan

Buka Bersama Setelah Tiga Tahun Vakum

Acara buka bersama yang sejak sebulan lalu dirancang oleh teman-teman SMA di grup WA terlaksana juga hari ini. Walaupun sempat muter-muter dan tersesat di Perumahan Mutiara Citra Asri, Tanggulangin (padahal sudah bertanya ke seorang warga dan satpam), saya termasuk peserta yang tidak terlambat, sekalipun tiba sekitar lima belas menit sebelum bedug maghrib. Ya, memang tidak banyak yang hadir. Tapi belasan orang berkumpul setelah tiga tahun berturut-turut tidak ada acara buka bersama, cukup menggembirakan dan patut disyukuri. Tadinya saya berharap semua teman bisa hadir, tapi agaknya mustahil. Kesibukan membuat jarak beberapa dari kami kian jauh dan entah bagaimana bisa memenggal jarak itu dan mengembalikan seperti pada masa SMA dulu.

[Cerpen]: "Pembakar Kupu-Kupu" karya Ken Hanggara

(Dimuat di Flores Sastra, Jumat, 1 Juli 2016)    Di usia dua puluh, Sarmila yang sudah janda jadi incaran semua lelaki. Tidak heran, karena meskipun pernah kawin dan punya dua anak, dia tetap manis dan seksi. Di antara kaum Adam yang mengincar, termasuk Mudakir, tidak ada yang serius mau mengawini secara sah, paling tidak kawin siri, sebagaimana yang selalu Mudakir gaungkan. Incaran itu, apa lagi kalau bukan soal kasur?     Rumah Sarmila tidak jauh dari losmen kuno. Tempat yang tak absen dari dunia malam dari selepas maghrib hingga jelang subuh. Kebanyakan diisi pengangguran, atau raja jalanan tanpa motor yang membangun markas di sepanjang jalan dekat bantaran kali.     Gang-gang kecil, akses menuju kampung sepi peminat, setiap malam diblokir oleh meja dan bangku-bangku. Di atasnya, remi dan botol-botol minuman keras bertebaran. Puntung rokok jangan ditanya. Setiap pengunjung kawasan remang ini tidak pernah melewatkan itu, termasuk perempuan penghibur. Hidup di sini, memilik

[Cerpen] "Lingkaran" karya Ken Hanggara

Dimuat di Buletin Mantra edisi Juni 2016)     Maria harusnya pergi ke pesta dansa bersama suaminya malam ini. Tidak ke alam baka dan tersesat karena tidak punya pegangan. Dalam perjalanan ke pesta tersebut— yang diadakan salah satu kolega Martin, suami Maria—mereka meninggal. Mobil yang mereka tumpangi masuk jurang dan tidak ada yang tahu sampai empat bulan berikutnya kenapa sepasang pengantin baru ini tidak jadi datang ke pesta malam itu.     Maka, ketika jasad mereka ditemukan di dasar jurang, bersama bangkai mobil yang gosong di bulan keempat, yang ada hanya tulang belulang sepasang suami istri lengkap dengan tuxedo dan gaun yang dipesan khusus. Tentu saja, segala sandang tidak seindah dahulu, ketika mereka mengambilnya di tukang jahit langganan keluarga.     Dengan segera, kabar kematian keduanya menyebar ke keluarga dan para sahabat, serta semua yang kenal Maria dan Martin, sehingga mereka sangat sedih. Maksud dari 'semua' adalah tidak ada pengecualian. Benar-bena

Lima Tahun Mengubah Banyak Hal

Kira-kira seminggu yang lalu saya membuat janji bertemu dengan seorang teman lama yang dulu saya kenal di Jakarta. Jam sembilan pagi, setelah mengurus perpanjangan SIM (Surat Izin Mengemudi) di Bangil, saya langsung bertolak ke Malang. Sudah sejak tahun 2012 lalu (kalau tidak salah), saya berjanji suatu hari akan mampir ke Malang jika sempat. Dan tentu, sejak 2012 hingga medio 2016 ini sudah tak terhitung lagi seberapa sering saya ke Malang. Hanya saja, saya tidak pernah sempat datang ke tempat kost teman saya yang satu ini. Dia bernama Yusuf. Asli Lamongan dan sedang menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya, Malang. Saya biasa memanggilnya Ucup. Kami berkenalan di Jakarta pada medio 2010, ketika saya masih menggeluti dunia akting. Sebagai artis pemula yang masih mendapat peran kecil-kecilan, tentu saja waktu itu duit saya juga belum banyak. Hahaha. Ketika itu Yusuf menjadi figuran dan merasa nasibnya tidak jelas. Suatu hari, akhir tahun 2010, ia mengajak saya mencari peke

[Cerpen]: "Pengantar Malaikat" karya Ken Hanggara

(Dimuat di Suara Merdeka edisi Minggu, 26 Juni 2016) Mohon maaf, cerpen ini sengaja dihapus karena dimasukkan ke dalam buku terbaru saya yang berjudul Museum Anomali . Buku tersebut berupa kumpulan cerpen bertema horror kontemporer. Jika ingin membaca cerpen ini, yang juga akan dihimpun bersama cerpen-cerpen lainnya (baik yang sudah terbit atau belum dipublikasikan sama sekali), se gera pesan buku tersebut. Harga 49 ribu belum termasuk ongkos kirim Terima kasih. :)  Untuk pemesanan Museum Anomali, bi sa klik Tentang Penulis .

Masa Kecilku: Gara-Gara Buku Kumpulan "Kliping" Cerpen

Kalau tidak salah, dua puluh tahun lalu, ketika masih berumur 5 tahun, pada suatu sore saya menemukan sebuah buku tulis yang di dalamnya berisi kumpulan cerpen koran yang dikliping dengan sangat rapi dan telaten di meja belajar kakak saya. Katanya buku itu milik sepupu kami dan ia sengaja "mewariskannya" ke kakak. Buku kumpulan cerpen "legendaris" itu. Cerpen ini jadi salah satu favorit saya. Saya yang suka membaca pun amat senang mendapati ada buku cerita semacam ini di rumah, karena sebenarnya pada saat itu belum satu pun buku cerita saya miliki. Paling hanya buku bergambar dan saya sudah bosan dengan buku cerita bergambar. Maka saya membaca cerpen-cerpen di buku ini seperti memainkan mainan baru; susah berpisah. Meski beberapa cerita di dalamnya agak membingungkan, karena beberapa kata belum saya pahami artinya, saya baca saja setiap cerita sampai habis.