(Dimuat di Analisa Medan edisi Minggu, 19 Agustus 2018) Setelah mencoba beberapa kali hingga lantai kamarnya penuh bergumpal-gumpal sampah kertas, seorang pengarang yang tidak disebutkan namanya keluar kamar. Di luar langit begitu pekat dan tentu hujan kemungkinan besar akan turun. "Seandainya dalam setiap tetes air ini muncul kata-kata," batin si pengarang tanpa nama itu. Dia tidak sedang bercanda dengan diri sendiri, atau dia tidak suka bercanda dengan hidupnya yang merana. Sebagai pengarang, ia tidak terlalu dikenal dan alangkah banyak karya yang dibuat dengan susah payah, ditolak mentah-mentah oleh penerbit. Maka, di satu saat ketika otaknya memikirkan hal ini, yakni bahwa dalam setiap tetes air hujan akan muncul kata-kata, ia tidak sedang membuat lelucon. Entah berapa tahun sudah pengarang yang tidak disebutkan namanya ini tidak lagi bergairah terhadap lelucon, sebab baginya, hidup menderita dengan uang pas-pasan dan banyak utang, sudah lebih dar
Menghibur dengan Sepenuh Hati