Skip to main content

Posts

Mencari Kebebasan di Dunia Gelap

         Judul buku: Malam Terakhir (Edisi Baru)     Penulis: Leila S Chudori     Kategori: Kumpulan cerpen     Penerbit: KPG     ISBN : 978-979-91-0215-7     Cetakan 1: November 2009     Tebal : xviii + 117 halaman         Kumpulan cerpen ini sebagian besar melukis pergolakan dan pemberontakan dalam diri anak manusia. Cerita-cerita yang gelap dan suram. Di "Adila" (hal 19) dikisahkan seorang anak yang terkekang oleh dinding besar yang dibangun oleh sang ibu. Hingga, demi membongkar kekangan itu, cara yang bisa ia lakukan cuma satu: memanggil teman-teman imajiner yang dikenalnya di berbagai buku. Ini upaya anak kecil yang tak berdaya oleh keinginan keras orangtua. Menyentil dan mencerahkan.         Hal yang sama bisa kita temui pada "Ilona" (hal 83). Hanya saja, kuasa anak hampir menyetarai, atau malah mengalahkan, wewenang orangtua. Dinding itu dibentuk oleh penolakan sang anak pada aturan dunia pada diri perempuan. Sementara "Malam Terakhir"

Seks Bukanlah Segala-galanya

        Judul buku: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas     Penulis: Eka Kurniawan     Kategori: Novel     Penerbit: Gramedia Pustaka Utama     ISBN : 978-602-03-0393-2     Terbit: Mei 2014     Tebal : 243 halaman         Ajo Kawir bersahabat dengan Si Tokek. Mereka remaja nakal yang mengerti soal seks di usia belia, karena suka mengintip Pak Lurah saat berhubungan badan dengan istri ketiga. Suatu malam, Si Tokek mengajak Ajo Kawir mengintip di rumah perempuan gila bernama Rona Merah. Si Tokek sering mengintip perempuan itu mandi dan ternyata ia lebih suka tubuh seksi Rona Merah ketimbang istri ketiga Pak Lurah. Maka Ajo Kawir pun, sebagai sahabat dekatnya, langsung diajak.         Celakanya malam itu datang dua orang polisi ke sana, hendak memperkosa Rona Merah. Rupanya dua polisi itu sudah biasa, hanya Si Tokek yang belum tahu. Maka, Ajo Kawir--yang tengah mengintip bersama Si Tokek--tidak sengaja terjatuh, karena gugup melihat dua polisi itu menelanjangi Rona Mer

Para Binatang Berpolitik

         Judul buku: Animal Farm     Penulis: George Orwell     Kategori: Novel     Penerbit : Bentang Pustaka     ISBN : 978-602-291-070-1     Cetakan 1: Januari 2015     Tebal : iv + 144 halaman     Harga: Rp. 34.000,-         Dahulu, di peternakan bernama Manor Farm, hiduplah berbagai binatang ternak yang bisa bicara. Major, babi tua yang dihormati, mengumpulkan teman-temannya dan mulai mempidatokan mimpinya: bahwa suatu saat mereka merdeka dari umat manusia. Ia bagaikan tokoh pembangkit semangat dan pencetus ide mustahil di kalangan binatang ternak: bahwa manusia harus pergi dari bumi Inggris.         Sepeninggal Major, ternyata ide yang tadinya dianggap mustahil itu, benar-benar berjalan. Snowball dan Napoleon, dua babi muda cerdas, yang meneruskan cita-cita itu dalam wujud nyata. Mereka belajar banyak hal mulai dari membaca dan ilmu-ilmu umum yang diperlukan andai nanti mereka berhasil mengusir manusia.

Kegagalan Dunia Ajaib

          Judul buku: Alice in Wonderland     Penulis: Lewis Carroll     Kategori: Dongeng     Penerbit : Atria     ISBN : 978-979-1411-71-4     Cetakan 1: November 2009     Tebal : 175 halaman         Alice terperosok ke lubang kelinci dan tiba di dunia aneh yang membuat badannya bisa berubah menjadi besar dan kecil hanya dengan makan dan minum sesuatu. Di dunia ini ia bertemu kelinci berjas yang bisa bicara. Ia juga bertemu tikus dan burung-burung yang bisa bicara. Segala hal yang aneh ia temui, mulai dari kucing yang bisa hilang, sampai ulat yang mengisap hookah (semacam rokok), pembuat topi, raja yang bodoh, dan ratu kejam yang senang memenggal kepala.

Mengenal Gie Lebih Dekat

        Judul buku: Catatan Seorang Demonstran     Penulis: Soe Hok Gie     Kategori: Non-fiksi     Penerbit : LP3ES     ISBN : 978-979-3330-33-3     Cetakan 14: Oktober 2014     Tebal : xxx + 385 halaman         Saya kenal sosok Soe Hok Gie pertama kali dari film "Gie" garapan Riri Riza yang dibintangi oleh Nicholas Saputra dan diproduseri oleh Mira Lesmana. Tidak banyak yang saya tahu tentang Gie, karena pada saat film itu rilis, saya masih SMP (usia yang sama ketika Gie mulai "mendokumentasikan" kegiatan sehari-harinya ke dalam buku harian).         Saya pikir film itu bagus, meski ada banyak point yang membuat saya tersesat; siapa sosok Gie sepenuhnya, di mana dia berdiri, bagaimana dia berpikir, dan seterusnya. Semua itu hanya menjadi pertanyaan selama bertahun-tahun di otak saya, yang hanya bisa terjawab dengan saya mencari informasi tentang sosok ini di internet.