Saya menulis apa yang ingin saya tulis. Tidak semua ide-ide yang
masuk ke kepala langsung saya ubah jadi cerita. Sebagian ada yang
menunggu beberapa lama, dan sebagian malah tidak sama sekali. Saya
menulis sesuai dengan "bekal" yang saya bawa.
Hidup saya di lingkungan
yang seperti apa, pengalaman saya sepelik atau sesederhana apa, buku dan
film apa saja yang sudah saya konsumsi sejak kecil, mimpi-mimpi
buruk/indah apa saja yang pernah saya alami, orang-orang macam apa yang
saya temui, serta harapan-harapan sepi
di hati saya--itu semua yang disebut bekal. Seandainya ada ide luar
biasa namun tidak ada peluang bagi saya untuk menggubahnya menjadi
cerita yang bagus, meski hanya cerita pendek, saya lebih suka tidak
menulis soal itu.
Jadi,
saya menulis apa yang sesuai dengan bekal saya. Bekal setiap penulis
saya kira sama banyaknya, apalagi jika usianya di atas dua puluh. Mereka
yang masih kecil saja sudah banyak memiliki bekal yang baik untuk
menulis, apalagi yang sudah remaja dan dewasa. Dari semua bekal itu kita
diberi pilihan untuk berkarya. Kita bebas mengolah bahan-bahan di kotak
bekal menjadi makanan dengan rasa apa. Semua ada di tangan kita.
Tidak semua hal harus kita tulis memang. Setiap orang memegang kontrol atas bagiannya masing-masing. Jika saya musisi yang bermain gitar dan tidak bisa memainkan alat musik lain, maka saya tidak akan mau disuruh bermain drum meski dibayar dengan uang yang lumayan. Saya tidak mau mempermalukan diri, kecuali saya memang pelawak. Karena berkarya adalah cara penulis mengungkapkan gagasannya. Sejak awal ia harus jujur, minimal pada diri sendiri. Menyadari bekal macam apa yang kita punya, kita tidak akan tertekan dan terpaksa saat menulis.
Tidak semua hal harus kita tulis memang. Setiap orang memegang kontrol atas bagiannya masing-masing. Jika saya musisi yang bermain gitar dan tidak bisa memainkan alat musik lain, maka saya tidak akan mau disuruh bermain drum meski dibayar dengan uang yang lumayan. Saya tidak mau mempermalukan diri, kecuali saya memang pelawak. Karena berkarya adalah cara penulis mengungkapkan gagasannya. Sejak awal ia harus jujur, minimal pada diri sendiri. Menyadari bekal macam apa yang kita punya, kita tidak akan tertekan dan terpaksa saat menulis.
Comments
Post a Comment