Bagaimanapun rezeki kita itu sudah ada yang mengatur, yaitu Allah.
Tidak perlu cemas mendapat rezeki yang seakan "salah" selama kita tidak
menyimpang dari koridor yang tepat. Bermimpi menjadi penulis itu
bagus. Semua orang boleh. Kalau memang benar-benar cinta, kita pasti
konsisten. Dan jika sudah konsisten, terbukti kita orang yang tekun.
Kalau sudah begitu, tidak perlu cemas dengan kegagalan, karena ada
saatnya rezeki dari menulis akan didapat. Kan kita sudah konsisten;
tinggal menunggu waktu saja dan tidak henti belajar.
Dari awal
ini sudah harus diyakini. Jika kita tidak kunjung dapat rezeki dari
menulis, sementara kenyataannya kita memang tidak konsisten berusaha
(untuk tidak menyebut kata 'malas'), ya berarti niat ingin sukses jadi
penulis hanya ikut-ikutan atau cuma ingin gaya di depan teman-teman, dan
rezeki kita mungkin bukan dari jalan menulis.
Bahwa penulis itu
keren, memang betul. Tapi menulis hanya demi tujuan agar terlihat keren
saja, lebih baik jadi foto model atau vokalis band--tanpa
mendiskreditkan kedua profesi ini, karena dua contoh ini pada umumnya
yang dilihat adalah keren dari segi "kulit".
Jika sudah cinta,
yakinlah, apa pun tujuan kita bakal dibalas dengan rezeki yang tepat dan
baik oleh Allah. Tentu melakoninya juga dengan cara yang tepat dan
jujur. Karena saya penulis, mau tidak mau, suka tidak suka, yang saya
bahas pasti seputar mimpi menjadi penulis. Berbuat jujur sejak dalam
pikiran, tidak memplagiat karya orang, menjaga sikap rendah hati, tidak
sok tahu, selalu ingin belajar, tidak mencari-cari sensasi/keributan
untuk sebuah jalan pintas ketenaran, adalah kunci mendapat rezeki yang
baik dari aktivitas menulis.
Rezeki yang baik datang dengan cara
yang baik pula. Maka mari menulis dengan tenang dan bahagia, dan kurangi
membuat masalah hanya karena kita cemas dengan pikiran: "Apakah aku
bisa terkenal?"
Kecemasan macam itu hanya akan mendorong kita
berbuat hal-hal negatif seperti memplagiat, sengaja memancing persoalan
agar nama dikenal, membuat suatu intrik seperti yang biasa orang sebut
'settingan di kalangan artis', dan sebagainya hanya demi sebuah jalan
pintas pengakuan atau ketenaran.
Semua itu memang kadang-kadang
menggoda dan kadangkala kita yang lemah iman terpeleset. Bukan bermaksud
sok atau bagaimana, juga bukan bermaksud menggurui. Bahwa alangkah
lebih baik jika kita saling mengingatkan kepada sesama rekan yang salah,
melakukan tindakan-tindakan adil dalam hal apa pun, kembali berkarya
dengan adem ayem, kembali ingat apa tujuan kita (dan menyadari tidak
perlu mencoreng tujuan itu dengan cara kotor), adalah suatu keharusan.
Suka atau tidak, memang itulah kenyataannya. Jadi ingat kalimat
seseorang yang saya lupa namanya, yang pernah berkata, "Lebih baik
dikenang jadi orang biasa, daripada terkenal dan membanggakan di mata
orang banyak, namun dengan menghalalkan segala cara."
Ini bukan
soal siapa pun. Ini bersifat
universal jika dibaca dengan seksama. Dan tentu saja, ini juga sebagai
pengingat diri saya pribadi.
Comments
Post a Comment