Beberapa minggu belakangan ini saya sedikit menulis cerpen, karena harus mengurus beberapa hal penting lain. Meski begitu, tetap cerpen tidak bisa saya tinggalkan. Jadi sesibuk apa pun saya sempatkan menulis cerpen di waktu senggang. Membuka folder di email, saya sadari cerpen-cerpen saya belakangan berkaitan dengan hantu. Cerpen beride dasar apa pun, selalu membawa-bawa hantu.
Suatu malam sengaja saya duduk di tempat yang katanya penuh hantu. Saya menulis tentang hantu di sana dan hasilnya lumayan lucu. Di waktu lain saya sedang kelaparan dan menulis tentang hantu, lalu hasilnya lumayan tragis. Hantu-hantu itu sengaja saya buat senatural mungkin. Jika kita pernah dengar hantu berbau tidak enak, maka saya sebut dalam suatu cerita kalau hantu itu berbau ikan busuk.
Beberapa tahun lalu setiap malam sepulang ngantor saya sendiri kerap mengalami ini. Melintasi gang yang tidak pernah ada seorang pun berani melewati itu selepas magrib, di satu spot dekat sebatang pohon randu, saya selalu menghirup aroma asing: campuran antara tengik, asam, basah, asin, busuk, dan wangi. Bayangkan berbagai cairan dengan sifat bau bermacam-macam dicampur dalam satu wadah. Barangkali bau yang saya temui di dekat pohon tersebut lebih parah darinya. Konon, orang bilang itulah bau genderuwo. Dan konon lagi, keponakan pemilik rumah kontrakan yang saya sewa mengatakan, "Lu nggak tau? Di situ tuh pasar setan tau!"Suatu malam sengaja saya duduk di tempat yang katanya penuh hantu. Saya menulis tentang hantu di sana dan hasilnya lumayan lucu. Di waktu lain saya sedang kelaparan dan menulis tentang hantu, lalu hasilnya lumayan tragis. Hantu-hantu itu sengaja saya buat senatural mungkin. Jika kita pernah dengar hantu berbau tidak enak, maka saya sebut dalam suatu cerita kalau hantu itu berbau ikan busuk.
Dari pengalaman-pengalaman seperti inilah cerita-cerita hantu kadang saya tulis. Pernah juga suatu malam seseorang menangis di gang samping rumah ketika saya menulis. Saya buka jendela, tidak ada siapa pun. Waktu itu tengah malam lewat. Di lain waktu, ada suara seseorang mengunyah keripik di luar kamar saya. Ketika saya buka, saya tidak terkejut, apalagi lari ketakutan, sebab ternyata itu hanyalah seekor kucing.
Ada lagi kejadian saya terperanjat kaget. Sajadah di pintu kamar yang saya sampirkan, mendadak bergoyang-goyang. Cukup aneh. Ketika keluar kamar untuk minum, baru saya tahu; ternyata saya lupa mematikan kipas angin. Kejadian hantu betulan dan hantu salah alamat ini kadang-kadang membuat saya tidak tahan menulis cerpen tentang hantu. Tapi tentu saja semua hantu yang saya tulis tidak bercanda. Mereka harus benar-benar natural dan jika muncul di kenyataan bisa membuat pembaca ketakutan.
Jadi, pengalaman diteror hantu, seburuk apa pun, hendaknya bisa kita manfaatkan dengan ditulis menjadi cerita.
Comments
Post a Comment