Tahun 2016 ini tahun paling berbeda bagi saya. Kalau melihat ke belakang, ke beberapa tahun silam sebelum saya menekuni dunia literasi, lalu mulai mengenalnya, menseriusinya, memperjuangkan agar tulisan saya dibaca orang, dan melalui semua proses itu, dari tahun ke tahun rasanya selalu saja ada perubahan. Sedikit demi sedikit memang, tidak instan, karena bahkan mendaki gunung pun tidak bisa sambil berlari. Sementara puncak mimpi lebih terjal dari gunung. Saya ingat perubahan yang 'sedikit demi sedikit' ini sudah saya yakini sejak awal dan selalu saya pegang. Itulah kenapa jika saya jenuh dalam menulis, saya tidak membenci kegiatan ini (apalagi sampai putus asa dan berhenti menulis), tetapi istirahat dulu entah dengan cara apa selama satu atau dua hari, lalu bersambung menulis kembali. Itu saya lakukan bertahun-tahun.
Kegagalan demi kegagalan yang terjadi, jatuh bangun yang dilalui, berbagai kekecewaan dan kekalahan, penipuan dan pengkhianatan oleh "mereka" yang saya telan, semua jadi bagian dari proses ini. Saya masih bukan siapa-siapa, juga bukan apa-apa, tapi perubahan demi perubahan dalam hidup saya, entah perubahan dari segi lahiriah hingga batiniah, tidak bisa disangkal. Saya bersyukur akan hal itu. Dan saya percaya, jika saya terus melakukannya dengan mengingat selalu keagungan-Nya, kelak di tahun-tahun mendatang saya akan merasa lebih bahagia dari hari ini--yang memang sudah terasa bahagia, apa pun kondisinya. Bukankah bahagia datang dari hati kita sendiri?Tiba-tiba saya ingat salah satu adegan di "9 Summers 10 Autumns", ketika Bayek diberi tahu Midah, betapa perubahan dahsyat dalam sebuah film bisa terjadi hanya dalam 2 jam, karena memang durasi film cuma sepanjang itu. Film jelas berbeda dengan kehidupan nyata. Kita tidak hidup selama 2 jam seperti tokoh film yang sukses, jadi selayaknya kita terus berjuang dan mengejar perubahan dengan sabar. Hidup kita bertahun-tahun dan "dua jam bagi kita" belum akan berakhir besok. Hanya Tuhan yang tahu. Maka mari berjuang.
Comments
Post a Comment