Judul buku: Satu Hari yang Ingin Kuingat
Penulis: Yetti A.KA
Kategori: Kumpulan Cerpen
Penerbit: UNSA Press
ISBN : 978-602-711-761-7
Terbit: 2014
Tebal : v + 109 halaman
Dalam kumpulan cerpen ini, Yetti A.KA menyoroti sosok perempuan dari beberapa sudut pandang. Perempuan dengan persoalan-persoalan yang lebih banyak tentang derita, dikemas secara apik dalam 13 cerita pendek yang semuanya pernah terbit di beberapa koran nasional maupun lokal.
Hampir setiap cerpen, setelah dibaca, menjejak kesan mendalam di hati pembaca. Yetti A.KA begitu piawai meracik konflik para tokohnya dan menjebak pembaca agar ikut merasakan apa yang tokoh utama rasakan. Dalam "Satu Hari yang Ingin Kuingat", misalnya, berkisah tentang seorang perempuan yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kekasih. Namun, kekasihnya telah lama pergi. Maka, dengan sekuat hati ia mencoba tidak melupakan hal-hal manis di masa lalunya, meski itu sudah usang untuk diingat.
"Tentang Lemari Piring, Cangkir, Mangkuk, Mug, dan Lain-lain" menghadirkan usaha seorang lelaki yang berusaha menjebol pertahanan wanita yang setia memilih jalan hidupnya. Keteguhan hati wanita ditemukan di akhir kisah sebagai puzzle yang semakin kita jauh menyelami cerita, semakin kita tahu bagaimana bentuknya. Pada akhirnya, keteguhan memang selalu menang, walau entah apa yang akan terjadi berikutnya.
Yang paling bagus bagi saya "Ia yang Menyimpan Api di Hatinya". Seorang wanita hidup menderita sejak muda. Pelecehan seksual, kekerasan fisik dan verbal, serta tidak adanya rasa hormat oleh dunia kepadanya, menumbukan api dendam dalam hati. Dalam cerita ini, penulis begitu cermat memilih dan memadukan diksi hingga serasa bagai menonton film saja.
Saya melihat semua cerita tidak ada "kecacatan". Semua sempurna dan memang beginilah seharusnya buku kumpulan cerpen; tiap cerita memberi kesan di hati pembaca. Sayang, di beberapa bagian ada kesalahan penulisan, seperti "apapun" yang seharusnya ditulis "apa pun", dan lain-lain, juga beberapa kalimat yang tidak bisa berdiri sendiri, malah dipisah oleh banyak tanda titik.
Namun demikian, buku ini tetap menarik. Selain menghibur, ada pesan moral yang bisa kita serap, terutama tentang menghargai/menghormati sosok perempuan (sebagai ibu, anak, teman, dan lain-lain), juga rasa bersyukur pada amanah Tuhan berupa anak. Di luar itu pembaca bisa mempelajari cerpen seperti apa yang diinginkan surat kabar tertentu dengan melihat riwayat penerbitan di halaman belakang. Buku ini wajib dibaca bagi kamu yang belum membaca semua cerpen yang ditulis oleh Yetti A.KA.
Comments
Post a Comment