(Dimuat di Radar Bromo edisi Minggu, 14 Mei 2017) Bola yang menggelinding di pinggir lapangan akhirnya berhenti. Anak-anak saling rebutan mengambil dan melemparkannya ke seorang pemain tengah, Mugeni namanya, agar dapat kesempatan diajak main minggu depan. Tapi tentu bagi Mugeni mereka tidak selevel. Tingkatnya jauh di atas dukun paling sakti di kampung. Tidak ada yang lebih pandai mengendalikan bola ketimbang dirinya, termasuk angin. Sore ini angin berembus lumayan kencang dan menjatuhkan beberapa motor dan sepeda pancal di parkiran. Lapangan busuk, kata Bung Dakir, rekan setim Mugeni, yang sering kali iri pada orang yang dibilang sahabatnya sendiri itu. Mugeni memang sakti. Kalau kata orang, kesaktiannya setara legenda Maradona, meski sesungguhnya ia memang sakti dalam arti sebenar-benarnya. Tapi, pemain tengah top turnamen ini tidak mau sibuk-sibuk membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia guna menunjukkan makna kata 'sakti' secara nyata, demi penegasan di
Menghibur dengan Sepenuh Hati