Skip to main content

Posts

Totalitas Tokoh dalam Cerita Fiksi

Salah satu penyebab cerita yang kita tulis kurang enak dibaca adalah kurang berani jujur. Seandainya kita buat sesosok tokoh itu brengsek, maka jadikan dia biangnya brengsek. Dan jika kita butuh tokoh suci, sucikan dia sampai upil pun tidak ada di lubang hidungnya. Semua harus total dan kita harus jujur mengungkap bagaimana kondisi sebenarnya andai mereka muncul begitu saja di dunia nyata. Tentu saja totalitas ada porsinya. Tokoh brengsek dan suci pasti memiliki sisi lain yan g bertentangan dengan watak mereka, dan itu harus dijelaskan dengan faktor logis dari masa lalu si tokoh. Tidak bakal bagus jika kita buat tokoh pemalas, yang tidak suka membaca, tapi malah sering sekali mengutip-ngutip ucapan yang ada di berbagai buku tebal. Ini sih kitanya sendiri sebagai penulis cerita ingin dianggap berpengetahuan luas dan tahu ini-itu, lalu si tokoh pemalas dijadikan medium penyampai segala yang kita tahu. Cerita dengan tokoh semacam ini saya pikir gagal total. Bahkan tokoh f

Ada Banyak Alasan untuk Membaca

Orang membaca itu karena berbagai alasan. Ada yang hanya untuk mengisi waktu luang atau bersenang-senang, sehingga bacaan apa pun selalu menarik dan tidak perlu terlalu serius. Ada yang karena ingin mempelajari sesuatu, sehingga membuat jadwal khusus agar dapat lebih konsentrasi mendalami ilmu yang sedang dibaca.  Orang membaca ada juga yang semata untuk memenuhi kebutuhan batin, sehingga ia membaca seakan menyantap makanan, atau sering kali istilah "bernapas" dipakai; dengan kata lain, orang semacam ini merasa bahwa kegiatan membaca serupa jadwal wajib yang jika ditinggalkan ia bisa mati. Selain alasan-alasan tersebut, orang membaca bisa juga karena terpaksa.

Membacalah Agar Tidak Jomblo

Saya tersedak waktu dengar seorang teman bilang kebanyakan membaca buku membuatmu cepat tua dan stress dan pikun dan terserang penyakit jantung dan (boleh jadi) mati muda. Saya benar-benar ingin tertawa karena tidak tahu dapat ilham dari mana dia mengatakan hal itu. Tapi, saya menghargai ucapannya. Tidak saya protes habis-habisan, apalagi menertawakannya, karena toh dia tidak tahu saya suka membaca buku. Saya tidak perlu membela diri, bahkan meski konon seribu lebih manusia m engklasifikasikan saya ke golongan makhluk lumayan ganteng. Ini semata karena dia bilang seorang yang menggilai buku lebih banyak bakal menderita stress, dan salah satu faktor hilangnya aura ganteng dari wajah seorang lelaki adalah stress. 

Kutipan-Kutipan Indah Tidak Cocok untuk Cerita Fiksi

Selama ini saya jarang memasukkan kutipan-kutipan untuk tulisan fiksi. Mungkin dulu di awal-awal belajar menulis cerpen beberapa kali mencoba, tapi untuk saat ini sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah sama sekali. Cerita fiksi, entah cerpen atau novel, sebisa mungkin saya "penuhi" dengan bagian-bagian pendukung cerita saja, bukan kutipan atau semacamnya. Kalaupun ada yang mengarah ke sana, itu pun lahir dari pemikiran tokoh yang saya buat, dan tidak semua tokoh saya itu o rangnya waras.  Tentu saja, kalimat atau suara hati tokoh tidak waras, yang menyerupai kutipan, sebagian tidak bisa dicontoh. Dengan kata lain: saya sebagai penulis hampir selalu tidak menelurkan kutipan apa pun. Ini terjadi sejak dua tahun yang lalu. Ketika itu saya merasa ingin muntah membaca cerpen saya sendiri yang dibumbui 3-4 kutipan. Lalu saya berpikir apa sebabnya?

Akun Medsos-mu, Tanggung Jawabmu!

Berselancar di medsos sebenarnya tidak perlu membuat kita sampai baperan. Agak kurang cocok sama isi status orang lain, langsung tersinggung. Lalu balas orang itu di kolom komentar atau bikin status sindiran, dan sebagainya. Bahkan di postingan fanpage tertentu yang materinya cukup kontroversi, terjadi caci maki terhadap sesama netizen--yang seharusnya sangat mungkin dihindari. Apa yang kita cari di medsos? Teman atau lawan? Untuk mencari sesuatu yang bermanfaat atau main-mai n?  Bermedsos ria bisa membuatmu cepat tua, jika hal-hal yang harusnya tidak terlalu perlu dipikirkan, seperti misalnya perbedaan pendapat (karena ini wajar, sebab kepala manusia sejagat raya isinya pasti tidak sama; kita bukan robot), sikap orang lain terhadap kita (yang mungkin menyinggung perasaan, padahal belum tentu dia berniat begitu), dan lain-lain yang berpotensi melahirkan baper di hatimu, malah kau gandrungi, dan bahkan kau jadikan "budaya" dalam menjalankan akun medsosmu.