"Lelaki dalam Bus" Ilustrasi cerpen "Lelaki dalam Bus" oleh Ken Hanggara (Dimuat di Solopos, Minggu, 9 Agustus 2015) Bus malam itu masih melaju ketika Upi sibuk menggaruk pantat. Sesekali matanya menerawang, memandang tepi jalan yang dihias pepohonan atau rumah penduduk. Tiang lampu sana-sini. Menyala tapi kelabu. Hidup segan mati tak mau. Kapan masa depan datang? Kapan masa lalu hilang? Apa hidup hanya berisi masa kini dan kelak mati dengan kondisi tetap begini? Asap rokok dari penumpang yang duduk berjarak dua bangku darinya, membelai pipi Upi yang kumal. Sudah dua hari tidak mandi, atau tiga. Entahlah. Tidak penting. Tidak ada ibu yang ngomel , apalagi ayah yang mengajari ini-itu. Langit dan bumi mengajari langsung bocah itu segala yang perlu dipelajari dan diketahui untuk sekadar hidup, meski bukan sebagai manusia utuh. "Siapa tadi?" Asap rokok masih menebar aroma khas di deret bangku belakang bus yang sudah sepi. Hanya enam penumpang ter
Menghibur dengan Sepenuh Hati