Pada suatu malam seorang lelaki berbaring lesu di dekat meja kerjanya. Di sana terdapat sebuah kasur lipat. Dengan laptop yang belum tertutup, lelaki itu berbaring begitu saja dan meninggalkan pekerjaannya. Seekor hantu datang dan menggoda, tapi si lelaki tidak peduli.
Seharusnya kamu takut, kata si hantu. Tapi si lelaki itu seakan tidak sadar kalau yang mengajak ngobrol dirinya adalah hantu.
Sebaiknya Anda pergi, kata si lelaki tiba-tiba, sebab dada saya sakit dan Anda justru menambah kesakitannya dengan banyak omong.
Hantu bertampang sangar itu pun memperhatikan si lelaki. Tidak ada yang tidak beres di tubuhnya, begitu ia pikir. Ia amati dada si lelaki; terlihat normal dan tak ada darah atau apa pun yang sekiranya membuat bagian itu sakit. Wajah si lelaki juga tampak segar, bukan berwajah kuyu ala penderita penyakit organ dalam.
Hantu itu bertanya apa yang dirasakan si lelaki, barangkali ia bisa bantu, sebab ia hantu yang bisa menembus ke sana kemari, termasuk sekadar menembus tulang dada si lelaki.Seharusnya kamu takut, kata si hantu. Tapi si lelaki itu seakan tidak sadar kalau yang mengajak ngobrol dirinya adalah hantu.
Sebaiknya Anda pergi, kata si lelaki tiba-tiba, sebab dada saya sakit dan Anda justru menambah kesakitannya dengan banyak omong.
Hantu bertampang sangar itu pun memperhatikan si lelaki. Tidak ada yang tidak beres di tubuhnya, begitu ia pikir. Ia amati dada si lelaki; terlihat normal dan tak ada darah atau apa pun yang sekiranya membuat bagian itu sakit. Wajah si lelaki juga tampak segar, bukan berwajah kuyu ala penderita penyakit organ dalam.
Lelaki itu bilang, "Ada pisau di dada saya. Pisau ini tertinggal di sana dan menimbulkan sakit luar biasa."
Hantu itu tak percaya, tapi si lelaki menyambung, "Sekarang dada saya bolong, dan dengarlah ini." Ia berdiri dan membuat gerakan senam yang menggoyangkan bagian dada. Baik si hantu maupun lelaki tersebut, keduanya sama-sama mendengar ada benda dalam rongga dada itu yang berisik akibat tubuh si lelaki bergoyang.
Si hantu berpikir, tubuhnya benar-benar seperti kaleng kerupuk. Maka ia pun minta izin membantu mengambil pisau yang tertinggal itu, juga bertanya siapa yang dengan tega membiarkan pisau itu tertinggal di sana.
Si lelaki diam setelah mengangkat tangan. Dia melarang hantu itu turut campur. Dia bilang seorang wanita yang meninggalkan pisau itu di sana, dan mungkin hanya dia yang bisa mengambilnya.
Hantu itu tak mengerti.
"Begini, Hantu. Anda tidak tahu kondisinya. Yang bisa mengambil pisau ini hanya wanita itu. Saya sudah memintanya mengambil pisau tersebut dan pergi sejauh mungkin. Tapi dia tidak juga mengambilnya. Saya bahkan sudah berusaha mengambil pisau ini dengan tangan sendiri, serta bantuan beberapa orang teman, namun gagal. Pisau ini hanya bisa diambil seseorang yang membuatnya tertinggal di dada saya."
Hantu itu pun tanpa izin segera menjejalkan tangannya yang seperti kabut ke rongga dada si lelaki. Ia mengaduk-aduk isi dada si lelaki, tetapi gagal mengambil pisaunya.
"Tidak ada pisau! Kau pembual!" pekik si hantu kesal.
"Anda hantu tahu apa soal asmara?"
Mendengar itu, si hantu terbang menjauh dengan perasaan sebal. Pasalnya, baru kali ini ia pergi menggoda manusia, tetapi yang digoda malah menertawakannya. Tentu saja, suara tawa si lelaki sama sekali tidak membuat pisau itu keluar.
Sampai hari ini, pisau si wanita masih bersemayam di dadanya. Tidak ada yang bisa mengambil, bahkan hantu paling sakti sekalipun.
Comments
Post a Comment