(Dimuat di Analisa Medan edisi Minggu, 22 April 2018) Aku ke sekolah dengan semangat pagi itu. Uang yang kusimpan di tasku kubekap erat. Uang itu kubawa pagi ini dan kuserahkan pada Doni. Aku tahu ibu Doni sakit. Ia butuh uang untuk membawa ibunya ke ruang operasi. Kemarin aku janji meminjamkan uang untuknya, agar ia tidak usah ke rumah rentenir. Doni sudah pasti berdiri di terasnya dan menungguku dengan cemas. Ibunya pasti bingung dan bertanya-tanya dalam hati. Ibu Doni sangat penyabar. Aku mengenal beliau sedekat keponakan dengan bibi kandungnya, padahal kami bukan keluarga. Ia begitu baik, dan dahulu sebelum sakit sering membuatkanku nasi goreng. Nasi goreng ibunya Doni khas dan enak. Tapi, itu dulu. Sejak dokter bilang beliau mengidap penyakit, pekerjaan-pekerjaan rumah semua diwarisi oleh Doni, yang hanya tinggal berdua dengan ibunya. Tidak ada lagi nasi goreng. Tidak ada ajakan Doni agar aku mampir, sekadar main ...
Menghibur dengan Sepenuh Hati