Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2014

Menulis Lebih dari Sekadar Melawak

Seperti halnya pelawak yang "dituntut" cerdas mengolah materi simpel menjadi aksi lucu, penulis pun juga "dipaksa" untuk bisa mengolah ide ringan menjadi tulisan berbobot. Jika seorang pelawak medan tantangannya adalah panggung, maka bagi penulis arena pertempurannya adalah kertas. Di atas panggung dan kertas, kedua jenis "profesi" ini berpikir keras. Namun, meski cenderung sama, tingkat keberhasilan keduanya diukur dengan cara berbeda. Maksudnya begini. Katakanlah kita sedang menonton seorang pelawak beraksi. Maka, yang kita dapat adalah apa yang terjadi pada detik dan momen saat itu juga. Perhatikan bila seorang pelawak gagal mengolah materi, pasti mulut penonton tak tahan untuk tidak berkomentar: " Halah, kagak ade lucunye !" Atau paling tidak, jika penonton itu diam, sudah pasti pada aksi berikutnya dia agak malas untuk menonton pelawak itu lagi, karena menurut penilaiannya, sang seniman sudah terlanjur tidak lucu.

Bersakit-Sakit dengan Proses, Bersenang-Senanglah Kemudian

Dulu waktu pertama kali aku menulis, jujur saja, aku ingin kaya. Ya, betul-betul ingin kaya. Siapa sih yang menolak uang banyak dari kesenangan atau hobi? Sudah mengerjakannya senang, dapat uang lagi. Wah, berasa hidup ini begitu indah! Tapi, satu hal yang waktu itu kulupakan, yaitu tentang motivasi. Apa itu motivasi? Bila hidup diibaratkan secangkir teh, maka motivasi adalah gula. Tanpa motivasi, hidup rasanya pahit. Tanpa motivasi, lama-lama kita jenuh dengan rutinitas. Padahal salah satu kunci menuju sukses adalah bersahabat dengan rutinitas itu sendiri. Setuju, tidak?

Cerpen: "Konspirasi Iblis" karya Ken Hanggara

Ini kejadian saat tiga orang saudaraku dan keempat temannya mati dibunuh kelompok berpakaian hitam. Entah apa mulanya sebagian orang mengira bahwa yang membunuh saudara kami adalah utusan iblis. Maklum, aneka ilmu gaib sedang jadi trend . Di mana-mana orang ingin belajar santet, ilmu kebal, dan lain sebagainya. Namun, bagi mereka yang rajin mendekatkan diri kepada Tuhan yang mahakuasa, informasi atau dugaan seperti ini tak lantas ditelan mentah-mentah. '"Baik agamaku maupun agamamu, mengajarkan manusia untuk selalu berbudi luhur. Berbaiksangkalah. Mungkin pelakunya tak sengaja, atau jangan-jangan mereka cuma korban," tutur sesepuh desa yang terkenal alim di antara para tetua.