Dalam kesempatan ini saya akan bagikan tips menulis ending. Ending adalah akhir sebuah cerita. Ending yang baik adalah yang membekas di hati pembaca. Yang namanya membekas, bisa menyenangkan, bisa juga menyebalkan. Intinya kita butuh menulis cerpen yang tak biasa, maka buatlah sesuatu yang juga tak biasa. Coba ingat kejadian apa yang paling berkesan dalam hidupmu. Pasti kebanyakan yang nyebelin. Iya atau iya? :p Kejadian menyenangkan lebih jarang kita ingat. Maka buatlah ending yang menyebalkan bagi pembaca.
Lha kok malah gitu? Aya-aya wae Kakak ini!
Ini gak main-main. Ending menyebalkan yang saya maksud adalah ending yang menampar, ngagetin, kurang ajar, dan nggantung.
Berikut tips menulis ending:
1. Simpan rahasiamu, jangan sampai ketahuan!
Maka kamu akan menemukan ending yang menampar dan ngagetin di cerpenmu. Penulis harus pintar menyimpan rahasia dalam sebuah cerita untuk nanti disajikan di akhir cerita. Namanya juga menulis cerpen yang tak biasa, maka tidak bisa kita buat yang biasa-biasa saja dong?
Contoh: Kamu nulis dari sudut pandang sepeda. Maka "aku" adalah sesosok sepeda. Dia hidup, bisa berpikir, punya perasaan seperti manusia. Hanya saja dia tidak bisa bicara. Si sepeda ini jatuh cinta sama manusia pemiliknya. Sayangnya, sepeda ini tidak bisa bicara.
Nah, kamu buat seolah mereka sepasang sahabat, pergi ke mana-mana selalu bareng, gak peduli hujan atau panas. Pokoknya selalu bersama. Yang dimaksud menyimpan rahasia adalah: jangan sampai pembaca tahu wujud asli "aku". Gimana caranya? Ya jangan sebut bahwa "aku" itu sepeda. Sebut saja bahwa "aku" adalah teman baik manusia itu. Sepanjang cerita jangan sampai bocor rahasiamu, kecuali di akhir cerita. Kira-kira akhir cerita sepeda ini bisa begini:
Malam itu aku masih sendiri, bertemankan hujan dan dingin. Dia meninggalkanku di sudut gang basah ini dengan serbuan rasa cemburu.
"Gadis itu terlalu cantik untuk kucemburui. Tentu saja, aku tidak akan menang, karena aku hanya sebuah sepeda," kataku melihatnya duduk berdua dengan pacarnya.
"Sepeda" adalah kata kunci yang jadi rahasiamu. Jadi apa pun caranya, sebisa mungkin jangan menyebut kata "sepeda" lebih dari satu kali. Kalau kamu sudah mahir melakukan ini, berarti sudah berpotensi menulis cerpen yang tak biasa. Tapi jangan lupa buat ceritamu selogis mungkin. Tidak mungkin manusia mengenalkan "aku" ke keluarganya dengan berkata, "Hei, ini kenalin sahabatku!" Itu gak logis. Walaupun menulis cerpen yang tak biasa harus melawan arus, logika tetap penting. Masa iya sepeda pake dikenalin segala?
Kisah sepeda (benda mati) ini hanya satu dari sekian banyak "cara" mengembangkan tips "rahasia". Ada banyak alternatif untuk menyimpan rahasia. Salah satunya dengan membuat cerita semacam penyamaran. Misal ada pencuri misterius yang meresahkan warga. Warga meminta bantuan detektif untuk mencari pelakunya. Sampai kapan pun pelaku tidak pernah ditemukan karena ternyata si detektiflah pelakunya. Ini bisa kamu bongkar di ending--bisa ketahuan oleh warga, atau bisa juga tidak ketahuan dan hanya pembaca saja yang kamu beri tahu, terserah. Tapi jangan sampai kebongkar di bagian tengah, apalagi awal cerita. Buat saja seolah si detektif itu sedang bekerja melacak pencurinya. Toh dia memang pura-pura jadi orang baik, 'kan?
2. Hindari ending yang sudah terlalu sering dipakai. Seperti opening, ending yang pasaran pun juga mesti kita hindari, agar cerita kita tidak lantas dilupakan oleh pembaca. Itulah gunanya tips menulis cerpen yang tak biasa: biar berkesan. Supaya berkesan, hindari membuat ending klise seperti ini:
Lha kok malah gitu? Aya-aya wae Kakak ini!
Ini gak main-main. Ending menyebalkan yang saya maksud adalah ending yang menampar, ngagetin, kurang ajar, dan nggantung.
![]() |
Kover buku "Silabus Menulis Cerpen Itu Gampang" karya saya. |
Berikut tips menulis ending:
1. Simpan rahasiamu, jangan sampai ketahuan!
Maka kamu akan menemukan ending yang menampar dan ngagetin di cerpenmu. Penulis harus pintar menyimpan rahasia dalam sebuah cerita untuk nanti disajikan di akhir cerita. Namanya juga menulis cerpen yang tak biasa, maka tidak bisa kita buat yang biasa-biasa saja dong?
Contoh: Kamu nulis dari sudut pandang sepeda. Maka "aku" adalah sesosok sepeda. Dia hidup, bisa berpikir, punya perasaan seperti manusia. Hanya saja dia tidak bisa bicara. Si sepeda ini jatuh cinta sama manusia pemiliknya. Sayangnya, sepeda ini tidak bisa bicara.
Nah, kamu buat seolah mereka sepasang sahabat, pergi ke mana-mana selalu bareng, gak peduli hujan atau panas. Pokoknya selalu bersama. Yang dimaksud menyimpan rahasia adalah: jangan sampai pembaca tahu wujud asli "aku". Gimana caranya? Ya jangan sebut bahwa "aku" itu sepeda. Sebut saja bahwa "aku" adalah teman baik manusia itu. Sepanjang cerita jangan sampai bocor rahasiamu, kecuali di akhir cerita. Kira-kira akhir cerita sepeda ini bisa begini:
Malam itu aku masih sendiri, bertemankan hujan dan dingin. Dia meninggalkanku di sudut gang basah ini dengan serbuan rasa cemburu.
"Gadis itu terlalu cantik untuk kucemburui. Tentu saja, aku tidak akan menang, karena aku hanya sebuah sepeda," kataku melihatnya duduk berdua dengan pacarnya.
"Sepeda" adalah kata kunci yang jadi rahasiamu. Jadi apa pun caranya, sebisa mungkin jangan menyebut kata "sepeda" lebih dari satu kali. Kalau kamu sudah mahir melakukan ini, berarti sudah berpotensi menulis cerpen yang tak biasa. Tapi jangan lupa buat ceritamu selogis mungkin. Tidak mungkin manusia mengenalkan "aku" ke keluarganya dengan berkata, "Hei, ini kenalin sahabatku!" Itu gak logis. Walaupun menulis cerpen yang tak biasa harus melawan arus, logika tetap penting. Masa iya sepeda pake dikenalin segala?
Kisah sepeda (benda mati) ini hanya satu dari sekian banyak "cara" mengembangkan tips "rahasia". Ada banyak alternatif untuk menyimpan rahasia. Salah satunya dengan membuat cerita semacam penyamaran. Misal ada pencuri misterius yang meresahkan warga. Warga meminta bantuan detektif untuk mencari pelakunya. Sampai kapan pun pelaku tidak pernah ditemukan karena ternyata si detektiflah pelakunya. Ini bisa kamu bongkar di ending--bisa ketahuan oleh warga, atau bisa juga tidak ketahuan dan hanya pembaca saja yang kamu beri tahu, terserah. Tapi jangan sampai kebongkar di bagian tengah, apalagi awal cerita. Buat saja seolah si detektif itu sedang bekerja melacak pencurinya. Toh dia memang pura-pura jadi orang baik, 'kan?
2. Hindari ending yang sudah terlalu sering dipakai. Seperti opening, ending yang pasaran pun juga mesti kita hindari, agar cerita kita tidak lantas dilupakan oleh pembaca. Itulah gunanya tips menulis cerpen yang tak biasa: biar berkesan. Supaya berkesan, hindari membuat ending klise seperti ini:
"Baiklah, Juliet! Kalau ini maumu, aku juga akan mati! Ah!"
Atau malah begini:
Dan mereka pun hidup bahagia selamanya.
3. Biarkan
pembaca menyimpulkan sendiri. Ya, ending yang menggantung
atau tidak jelas akan membuat pembaca menyimpulkan sendiri nasib tokohmu. Ini
kadang nyebelin, tapi kamu bakal dapat nilai plus dari pembaca. Semakin sering
kamu buat jengkel pembaca dengan ending menggantung, maka cerpenmu akan
semakin ditunggu. Tapi dengan satu syarat: kalau bikin ending menggantung,
ya jangan terlalu dipaksa. Ingat, logika selalu nomor satu!
Atau malah begini:
Dan mereka pun hidup bahagia selamanya.
Itu
basi beneran. Selain tidak berkesan, ending klise juga kurang
menghibur. Hiburlah pembaca dengan ending yang menggigit dan tak biasa, seperti:
Sorenya, Sarbini mendapati istrinya berbaring
dengan wajah kaku dan penuh darah. Tak jauh dari sana, tubuh Mak melingkar di
kolam, mengambang, dengan puluhan semut dan kotoran kering di sekitarnya.
Matanya tidak berkedip-kedip lagi.
Ending semacam inilah, yang menohok ulu hati perasaan jiwa dan
raga, yang bakal membuat pembaca tidak melupakan cerpenmu.
Contoh ending menggantung:
Rasanya tenagaku habis. Tubuhku benar-benar tanpa
daya. Akankah aku terus terjebak di sini, di tempat yang bahkan tidak ada
seekor pun kadal bertahan hidup. Baiklah, aku akan bertahan sejauh yang aku
mampu, walau bayang-bayang wajah itu selalu hadir.
"Kau harus hidup, Jack! Harus!"
suara-suara itu menggema.
Kulihat tetes-tetes hujan di angkasa, bukan
wajahnya lagi. Entahlah, apa besok pagi aku masih merasa haus?
Di
contoh itu tidak jelas apakah "aku" selamat atau tidak dari
terdamparnya dia di sebuah tempat. Perhatikan kalimat terakhir. Kalimat itu
multitafsir; bisa berarti "aku" selamat atau malah masih terjebak.
Kalau ending
menggantung yang dipaksain, contohnya ini:
Ardi tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ditelepon
berkali-kali, di-SMS, bahkan didatangi rumahnya, tetap Rina tidak mau merespon.
Padahal yang menghilangkan buku matematikanya bukan dia, tapi Norman.
Hingga akhirnya Ardi pun berteriak, "Apa
salahku? Ini fitnah! Ini fitnah!"
"Tenanglah, Nak," kata seorang dokter.
Di seragamnya, terdapat tulisan: Rumah Sakit Jiwa Sumber Waras.
Apa-apaan
coba? Masa karena dituduh ngilangin buku matematika, terus bisa jadi gila gitu?
Ckck. #ngelusdada. Sekalipun kita menulis cerpen yang tak biasa, bukan berarti juga seenak kita sendiri.
Demikianlah tips menulis ending. Semoga di kesempatan berikut saya bisa membagi lagi tips menulis cerpen yang tak biasa untuk teman-teman.
Demikianlah tips menulis ending. Semoga di kesempatan berikut saya bisa membagi lagi tips menulis cerpen yang tak biasa untuk teman-teman.
(Tulisan ini dikutip dari buku "Silabus Menulis Cerpen Itu Gampang" karya saya. Insya Allah secara bertahap saya akan memposting tips menulis cerpen yang tak biasa lainnya di waktu yang tidak ditentukan. Semoga bermanfaat.)