Kali ini giliran saya bagikan tips menulis opening cerpen. Kalau
judul ibarat penampilan luar, maka opening adalah tingkah laku. Attitude!
Bayangin, kamu ketemu orang baru, kenalan baru. Kelihatannya sih asyik,
seru, baik, ramah, sopan... ah, pokoknya perfect lah. Eh, ternyata,
setelah kenal beberapa menit aja, kamu udah bosen hanya karena cara bicara dia
yang tidak sopan atau kurang ajar.
Nah,
judul yang bagus saja tidak cukup untuk cerpenmu. Itulah gunanya tips menulis cerpen yang tak biasa. Opening yang bagus
itu penting. Karena sejak kalimat-kalimat pertama, orang akan tahu dia mau
atau tidak meneruskan membaca cerpenmu. Maka, opening harus tak biasa, menjerat,
nendang, mengundang penasaran, menggugah perasaan, dan menyimpan kejutan.
Contoh opening
yang ngebosenin kira-kira begini:
Matahari bersinar begitu terik, membelai
rerumputan di halaman depan rumahku, sekaligus mengurung hatiku yang sepi dan
sendiri dirundung gundah gulana. Pohon-pohon berbaris riang di sepanjang jalan
depan, tapi aku meriang dan merana di tepi jendela. Ada awan berarak yang
nampak malu-malu. Aku menangis mengingat segala luka masa laluku.
Ini
bosen banget, kurang menggairahkan. Yang ada bukan nerusin baca, tapi ngantuk
dan tutup cerpennya. Contoh menulis opening cerpen yang tak biasa adalah:
Kota itu habis, tinggal tersisa ujung-ujung gedung
bangunan tingginya. Seekor kambing bernama Bartus menghela napas. Ekor
panjangnya ia lingkarkan ke pantat dan perut. Cuaca dingin. Bersama Duma,
anjing bertanduk yang jadi sahabatnya, Bartus meringkuk di geladak kapal. Di
sekitarnya, kaki manusia-manusia beruntung pengikut kebenaran tampak memucat.
Atau
bisa juga pakai dialog seperti ini:
"Sejak kepergianku tujuh tahun lalu, kamu
tidak banyak berubah. Rambut jabrik, celana bolong, jaket kulit. Seperti
kembali ke masa lalu, aku melihatmu sama seperti dulu. Hanya saja...."
"Hanya saja apa?" potongku yang tak
percaya ia datang dan kembali ke kota ini. Ia, perempuan yang dulu menjeratku
hingga jatuh ke titik nadir, kini berjilbab. Cahaya di matanya begitu berbeda.
"Hanya saja, aku sudah tidak seperti dulu,
Rano."
![]() |
Kover buku "Silabus Menulis Cerpen Itu Gampang" karya saya. |
Tips menulis cerpen yang tak biasa dalam hal opening:
1. Jangan
terjebak kata-kata puitis. Terjebak kata-kata puitis kadang
membuat opening-mu bertele-tele. Lagian itu juga sudah biasa. Inilah gunanya kita memahami bagaimana menulis cerpen yang tak biasa. Menulis dengan bermain-main kata
memang bagus, tapi perhatikan bahwa opening yang bagus adalah opening yang
tak biasa dan tak membuat ngantuk pembaca. Kata-kata puitis boleh kamu masukkan, asal tidak
berlebihan. Sesuai porsi sebagai pembuka, jangan sampai kata-kata puitis
mendominasi "jeratan" yang mestinya ada dalam opening.
2. Buat
"jeratan". Yang namanya
"menjerat", pasti tidak jauh-jauh dari menahan, menyandera, atau
mengikat. Lagi-lagi harus saya katakan, dalam menulis cerpen yang tak biasa memang harus membuatnya segarang mungkin. To the point, itu kuncinya. Ada dua pedoman yang bisa kamu
jadikan pancingan dalam menulis opening yang tak biasa. Pertama, apa konfliknya? Dan ketiga, apa akibat
yang bisa terjadi dari konflik itu?
Pilih
satu dari kedua pertanyaan ini untuk memfokuskan opening.
Misal
kamu memilih konflik. Maka sasarlah konsentrasi pembaca dengan konflik yang
terjadi sejak awal mula. Contoh:
Hari yang tidak
kusangka-sangka. Sebuah bom meledak tepat di pusat perbelanjaan kota besar ini.
Aku yang hendak menjemput Dina, kontan panik. Orang-orang berlarian. Tua, muda,
tak pandang bulu. Bunyi alarm dan asap di mana-mana. Ya Tuhan, apa Kau masih
memberiku kesempatan?
Coba
perhatikan, opening ini langsung menyasar ke arah konflik dan menjerat
hati pembaca, 'kan?
Atau kamu lebih suka memilih akibat yang terjadi oleh
konflik itu? Maka opening bisa menjadi seperti ini:
Barangkali Tuhan tidak memberiku kesempatan.
Lorong rumah sakit ini mengandung bau kematian. Aroma anyir menyusup masuk ke
dalam hidungku. Hari yang tidak kusangka. Aku yang mengira akan membawa Dina
pulang, mengenalkannya pada Ayah dan Ibu, kini duduk di sini dan mendengar
jerit tangis di mana-mana. Sebuah bom meledak, mengacaukan seluruh rencanaku.
"Anakku... Anakku!" teriak seorang ibu
di ujung sana.
Opening yang fokus pada "akibat sebuah
konflik" ini akan dilanjutkan dengan teknik alur flashback.
Sebaliknya, opening yang fokus pada "apa konfliknya",
dilanjutkan dengan alur maju. Meski demikian, di pertengahan cerpen
tidak menutup kemungkinan akan terjadi alur campuran, tergantung bagaimana kamu
nyamannya saja.
3. Buat opening
yang beda, artinya jangan nyama-nyamain dengan opening
yang sudah terlalu sering dipakai. Itu namanya bukan menulis cerpen yang tak biasa, tetapi menulis cerpen yang sudah sering ada. Misal adegan bangun pagi si tokoh yang
diawali dengan bunyi alarm atau telepon seperti:
"Kriiiing!" suara alarm membangunkanku.
Sial! Sudah jam setengah delapan!
Aku melompat bangun dari tempat tidur, meraih
handuk, dan masuk kamar mandi. Duh, telat lagi, kan? Moga-moga Panji tidak
marah.
Hmm, rasanya opening seperti itu sudah jadul
banget, Sobat. :) Coba cari sisi lain seandainya kamu memang pengen bikin
adegan bangun pagi si tokoh. Saya beri contoh sederhana menulis opening cerpen yang tak biasa, kira-kira gini:
Pagi yang dingin. Aku berada di setengah alam
mimpi. Bayang-bayang wajahnya hadir. Ah, janji itu. Aku jenuh, meski harus
bangun dan akhirnya mematikan alarm yang menggangu kuping. Tidak,
tidak, ini bukan soal kebenaran perasaanku pada Lucy. Ini semata karena ingin
menyenangkan ibuku.
4. Jangan
buka cerpenmu dengan dialog-dialog yang kurang begitu penting. Opening dengan
dialog boleh saja, selama dialog bisa mengikat pembaca dengan dua pedoman di
atas ("apa konflik" dan "akibat konflik"). Kalau
dialog seperti "Tidaaakk!", "Awaaaasss!", dan sekitarnya
jadi terkesan boros sih. Kan bisa langsung kita bikin kalimat pamungkas
seperti: "Lelaki itu berteriak ketika sebuah mobil hampir menabrakku.
Tubuhku segera limbung. Pandangan gelap. Pada detik itu aku tidak ingat apa-apa
lagi... dst" Narasi tersebut sudah mewakili teriakan
"Tidak!" atau "Awas!" itu, kan? Jadi tidak perlu
diulang-ulang. :D
(Tulisan
ini disalin dari buku "Silabus Menulis Cerpen Itu Gampang" karya saya.
Insya Allah secara bertahap saya akan memposting tips menulis cerpen yang tak biasa lainnya di waktu
yang tidak ditentukan. Semoga bermanfaat.)