Judul buku: Sayap Jibril
Penulis: Habiburrahman, dkk
Kategori: kumpulan cerpen
Penerbit : FAM Publishing
ISBN : 978-602-17404-2-2
Terbit : 2013
Tebal : 191 halaman
Harga: Rp. 40.000,-
"Sayap Jibril" adalah kumpulan cerpen sastra hasil lomba Apresiasi Sastra 2012. Berisi 20 cerpen karya anak-anak muda Indonesia yang membuat kita terhibur sekaligus, mungkin: tercengang.
Sebut saja cerpen pertama. Karya Habsari yang berjudul "Si Meti Jadi Tahi" ( hal. 14 ) ini benar-benar gambaran tragis dari kondisi sosial dan moral di sekitar kita. Adalah ibu kandung si Meti, seorang bayi kecil yang sering kelaparan, merasa bahwa tahi manusia bisa memberi mereka kelangsungan hidup. Dengan memakan tahi manusia, menurutnya, mereka tidak akan mati kelaparan.
Cerpen ini ditulis dengan cerdas dan "gila". Habsari berhasil merangkum kritik tajam dalam bentuk cerpen yang terkesan "nakal" dan berani, tapi simpel dan mengena. Bagaimana mungkin kita memakan tahi? Bagaimana mungkin orang bertahan hidup dari tahi? Nanti pada akhirnya, Meti sendirilah yang jadi korban kegilaan sang ibu.
Cerpen lain yang juga bagus adalah "Para Bangsal" ( hal. 60 ) karya Wilaga Azman. Berkisah tentang seorang manusia gila yang bertualang dan melihat segala macam "profesi" dari kejadian menembus ruang dan waktu. Membaca cerita ini, kita dibuat berkelana di dunia ganjil dan akan menemukan satu titik terang di akhir.
Cerpen "Kaki Angin" ( hal. 131 ) karya Beladiena ditulis begitu "menyentuh", karena ini soal jalan hidup. Sepasang sepatu bertualang dengan cara yang tidak pernah disangka siapa pun. Sepasang sepatu yang kelak menjadi arti bagi siapa pun yang menemuinya.
Cerpen "Barapen" ( hal 67 ) karya Zakiya Sabdosih mengangkat lokalitas Papua dengan cara mengagumkan. Salah satu potret budaya Indonesia yang dikemas dengan baik, hingga pembaca seolah turut berada di sana, merasakan apa yang para tokoh kerjakan, menyaksikan dari dekat ritual yang mungkin belum pernah disaksikan dengan mata kepala kita.
Cerita yang juga unik ada pada "Sayap Jibril" ( hal. 185 ) karya Habiburrahman. Cerpen ini bercerita tentang sayap malaikat yang membuat gempar warga suatu desa, gara-gara sayap itu tersangkut di atas pohon akasia. Penulis dengan cermat memasukkan unsur cerita dan konflik seakan menunjukkan pada kita, "Inilah manusia Indonesia pada umumnya." Hal-hal kecil dibesar-besarkan, sedang hal-hal penting dianggap enteng. Ia seolah mengolok-olok kelakuan tidak berpendirian, tipis iman, dan mau menang sendiri.
Tapi, betapa pun beberapa cerpen bisa dibilang bagus--walau dari segi editing dan layout kurang rapi--ada cerpen-cerpen yang kurang menggigit dan tidak menarik. Tema kumpulan cerpen ini juga seperti tidak fokus, namun masih bisa ditolelir karena beberapa sajian cerpen memuaskan.
Sekadar sebagai hiburan, buku ini bagus mengisi sore Anda. Bacalah dengan santai dan Anda akan temukan imajinasi "gila" dari sekumpulan anak-anak muda. Selamat membaca.
Comments
Post a Comment