Ilustrasi karya Picasso (Dimuat di pasanggrahan(dot)com, pada Rabu, 28 Oktober 2015) Pagi ini seekor anjing—atau patung berbentuk anjing—berdiri tepat di depan mini market yang baru dibangun di tengah kota. Subuh baru lewat. Jalan sepi. Aku tidak berani lewat, karena tidak yakin itu anjing betulan atau patung. Mungkin anjing betulan, atau mungkin patung karena tenang dan pendiam untuk ukuran seekor binatang dengan kebiasaan lidah menjulur-julur. Tapi aku perlu pastikan kalau tidak mau celaka karena tidak sabaran meneliti suatu hal demi keselamatan diriku. Jadi kusapa anjing—atau patung mirip anjing itu—dengan lantang, "Hei, Anjing?" Tidak ada jawaban. Tentu saja, walau dia anjing betulan, yang hidup dan bisa menjulurkan lidah dengan ritme teratur, toh seekor anjing tidak mungkin menguasai bahasa manusia, kecuali dalam buku-buku dongeng. Aku melangkah lebih dekat. Dalam jarak kira-kira sepuluh meter, aku belum tahu apa dia cuma patung sehingga aku bisa le...
Menghibur dengan Sepenuh Hati