(Dimuat di Radar Banyuwangi edisi Minggu, 12 Maret 2017) Sarmila senang melihat cermin besar dipajang di ruang tengah rumahnya. Ia tidak memesan cermin. Tetapi ia pikir, mungkin ini dari penggemar. Orang yang memendam perasaan suka, yang tidak berani berbicara padanya. Orang yang lama dirindukan, tetapi tidak kunjung datang. "Dia pasang cermin ini diam-diam," Sarmila menduga. "Dia kirim cermin ini tanpa memberitahuku, sehingga saat aku bertanya siapa yang menaruh cermin hebat ini di sini, dia datang melamarku." Sarmila bahagia dengan kesimpulan yang belum tentu benar ini. Alih-alih ke kamar mandi, dia berpose di depan cermin, membebat handuk di kepala seakan-akan mahkota, jalan lenggak-lenggok persis peragawati di televisi. Dipandangi wajahnya lamat-lamat. Cantik , ia berbisik. Geli didengar, tetapi enak. Dicobanya ekspresi menggoda biduanita desa—yang ia anggap pelacur, atau ekspresi polos nan lugu yang banyak digemari para pemuda. Senyum mengembang...
Menghibur dengan Sepenuh Hati