Skip to main content

Posts

[Cerpen]: "Musuh Abadi" karya Ken Hanggara

Lukisan karya Affandi. Sekadar ilustrasi. (Dimuat di Malang Post edisi Minggu, 24 Februari 2019)     Sudah lama aku dendam ke Mudakir. Sejak dulu orang itu selalu membuat hidupku kacau. Mudakir tidak berhenti menghalang-halangi setiap usaha yang kulakukan hanya karena tidak mau diriku terlihat lebih baik dari dirinya.     Tentu saja, karena persaingan ini dimulai sejak duduk di bangku SD, Mudakir tidak ragu menyebut namaku dalam urutan pertama jika saja seseorang bertanya padanya soal siapa saja kira-kira manusia yang seharusnya mampus saat berhadapan dengannya? Aku tidak heran dia akan menjawab begitu, meski soal kebenciannya padaku tidak pernah ia ungkapkan pada siapa pun dan dalam kesempatan apa pun.     Mudakir akan selalu membenciku dan ingin kehidupanku hancur separah mungkin, dan itu terlihat dari bagaimana dia melakoni perannya dalam menjegal langkahku. Tidak pernah Mudakir menonjolkan diri dalam insiden-insiden yang membuatku ketiban sial, tetapi pada akhirnya aku se

[Cerpen]: "Blusukan" karya Ken Hanggara

(Dimuat di Kedaulatan Rakyat edisi Minggu, 24 Februari 2019)     Tiba-tiba sekelompok orang berkerumun di depan warungku. Orang-orang kota itu sungguh harum. Bawaannya macam-macam. Ada poster, kalender, dan entah apa. Di antaranya ada wanita cantik yang bertanya siapa namaku. Lalu kusebutkan namaku. Dia bertanya tentang warung dan kondisi keuanganku. Setelah mengobrol singkat, aku dapat amplop darinya. Aku tidak kenal dia. Begitupun beberapa orang di sekitarku yang juga dapat amplop. Tak ada yang kenal dia. Tak lama, orang-orang bersorak, membuat bunyi klakson di jalan raya ujung pasar tak kedengaran jelas.     Kamera-kamera, semakin ke sini, semakin banyak jumlahnya. Mungkin belasan. Atau puluhan. Entah. Aku tidak pandai menghitung. Seorang bapak yang menjadi pusat perhatian, yang tadi membuat setiap penjual bersorak-sorai, melangkah masuk ke gang pasar yang becek. Aku pernah sekali waktu lihat si bapak tersebut di televisi. Dia calon pemimpin. Calon wakil rakyat yang kerap ber

[Cerpen]: "Jane" karya Ken Hanggara

(Dimuat di ideide.id , pada 12 Februari 2019)     Aku ingin tenggelam dan hilang selamanya di sebuah kolam atau danau atau apa pun itu. Kubayangkan tubuhku mengecil tanpa ada yang tahu, lalu dengan segenap ilmu sihir, seseorang mengubahku menjadi seukuran semut. Tidakkah itu menakjubkan?     Kalau aku benar-benar menjadi sekecil semut, aku harap bisa tenggelam dan hilang selamanya karena malu. Aku tidak sanggup menatap wajah Jane. Pacar terbaikku sejauh ini dia, tapi karena kesalahan yang kulakukan, ia layak mendapat yang lebih baik.     "Aku tidak peduli walau kamu orang paling dibenci di dunia ini atau orang yang paling berpenyakit. Selama kita bisa bersama, aku tetap di sini!" katanya selalu.     Jane sangat mencintaiku dan kurasa aku tidak bisa mengubah perasaan itu semudah orang-orang membongkar kebusukan masa laluku. Dulu aku sangat amoral dan saat ada kesempatan untuk memperbaiki diri, aku berkenalan dengannya. Ini terjadi sekitar satu tahun yang lalu. Aku da

[Cerpen]: "2000 Manusia Terakhir" karya Ken Hanggara

Lukisan karya Bob Bello (Dimuat di Tribun Jabar, Minggu, 10 Februari 2019)     Sebuah kota berdiri di tengah gurun. Kota gurun berisi orang-orang mati yang telah dihidupkan kembali sebagai manusia biasa dan bukan monster atau hantu atau siluman, sehingga konon mereka tak menginjak surga ataupun neraka begitu saja. Mereka hidup paling lama di dunia. Ketika bumi kelak hancur, seisi kota gurun menciptakan sebuah pesawat yang dapat mengantar manusia-manusia biasa ke planet lain. Namun, tentu saja, terjadi seleksi alam. Hanya orang-orang terpilih yang bisa melanjutkan hidup di planet lain ketika bumi tak lagi bisa dihuni.     Pada waktunya nanti, kota gurun yang dulunya dihuni oleh makhluk-makhluk yang durhaka pada Tuhan, tiada tertinggal di buku sejarah apa pun. Kota tersebut hilang dari catatan ingatan, kecuali mereka yang benar-benar berperan dalam terjadinya akhir dunia. Ketika itu seluruh planet hancur lebur dan di antara orang-orang terpilih yang tak lagi berkembang biak (s

[Cerpen]: "Undangan Makan Malam" karya Ken Hanggara

Sumber gambar: keponews.com (Dimuat di Bangka Pos, Minggu, 10 Februari 2019) Tetanggaku yang seorang kutu buku sering mengundangku makan malam dan dia hampir selalu memaksa. Aku sendiri sudah mual dengan masakan istrinya. Suatu waktu aku mengatakan harus pergi ke rumah pacarku dan kutambahkan betapa aku sudah janji mengajak gadis itu jalan-jalan. Tentu aku tidak punya pacar dan si kutu buku tidak perlu tahu. Aku hanya bohong demi tidak mencicipi sup busuk buatan istrinya.     Sup itu, asal Anda tahu, betul-betul busuk. Aku tidak paham bagaimana kutu buku itu menjalani hari dengan sup busuk sepanjang waktu. Anehnya, dia tetap saja hidup dan dapat membaca setiap hari. Tetanggaku yang ini lumayan hebat. Koleksi bukunya ada seribu lebih. Aku heran. Bagaimana bisa orang sepintar itu bisa dengan mudah dibodohi sang istri dengan sup busuk?     Aku bukan menuduh istrinya kurang ajar atau ingin menghabisi suaminya pelan- pelan atau bahkan gila. Dia hanya perempuan yang tidak tahu