Skip to main content

Posts

Tonjokan-tonjokan Djenar

Judul buku: Mereka Bilang, Saya Monyet! Penulis: Djenar Maesa Ayu Kategori: Kumcer Penerbit : Gramedia Pustaka Utama ISBN : 978-979-22-8991-6 Cetakan 11: Februari 2013 Tebal : 135 halaman Cerita pendek yang bagus adalah yang lugas, spontan, telak, tidak basa-basi, efektif, dan nonjok . Djenar Maesa Ayu, dalam kumpulan cerpen "Mereka Bilang, Saya Monyet!" ini membawa semua kriteria cerpen bagus itu. Kenapa saya sebut "nonjok" dalam satu syarat? Sebab tonjokan memberi bekas di wajah korban. Di sini korbannya adalah pembaca. Tentu tonjokan dalam cerpen tidak membuat kesal, justru disukai. Buku ini memberi tonjokan bertubi-tubi bagi saya setelah membaca beberapa judul cerpennya. Cerpen pertama, "Mereka Bilang, Saya Monyet!" (hal. 1) berisi tentang kehidupan kota dan jerat pergaulan bebas. Para binatang dalam cerpen ini sesungguhnya manusia, yang digambarkan bagai binatang oleh sosok "aku", tokoh utamanya, sebab ia sudah

Salao yang Tak Kenal Menyerah

Judul buku: The Old Man and The Sea Penulis: Ernest Hemingway Kategori: Novel Penerbit : Narasi ISBN : 978-979-168-435-4 Cetakan 1: 2015 Tebal : 164 halaman Santiago, nelayan tua yang nasibnya malang. Ia disebut salao , bentuk terburuk dari ketidakberuntungan. Setelah delapan puluh empat hari melaut, tak satu pun ikan berhasil ia dapat. Manolin, bocah lelaki yang pernah ikut dengannya, terpaksa harus pindah perahu setelah empat puluh hari pertama. Orangtuanya tidak berkenan kesialan pada diri Santiago menular pada anak itu. Sebagai nelayan, kegagalan mendapat ikan berkaitan dengan jatuhnya harga diri. Tapi Santiago yakin, hari esok selalu baru. Maka, pada hari ke-85, ia menolak Manolin yang ingin ikut. Ia melaut sendiri. Tengah hari, umpannya disambar ikan marlin raksasa. Karena tangannya terlalu tua, ia tidak bisa melawan ikan besar itu dengan menariknya. Yang bisa ia lakukan adalah bertahan dengan tali kail sementara ikan itu terus berenang membawanya

Kebesaran dan Ketulusan Hati Mengubah Segalanya

Judul buku: Anne of Windy Poplars Penulis: Lucy M. Montgomery Kategori: Novel Penerbit : Qanita ISBN : 978-602-8579-01-8 Terbit: Oktober 2009 Tebal : 436 halaman Anne Shirley datang ke Summerside sebagai orang asing. Gadis ini bertugas sebagai kepala sekolah baru di Sekolah Menengah Summerside, sebuah kota kecil yang "dikuasai" oleh keluarga Pringle, trah bangsawan Summerside, yang tidak pernah mau kalah dari keluarga besar mana pun di kota itu. Keluarga Pringle ada di sana sejak dulu, dan sebagian besar penghuni Summerside berasal dari klan Pringle. Sebagai kepala sekolah baru, Anne mengalami banyak kesulitan di awal kedatangannya. Keluarga Pringle, mulai dari kalangan tua hingga muda (murid-murid Anne sendiri) melancarkan "teror" tidak langsung pada Anne agar ia tidak betah tinggal di kota kecil itu. Namun Anne gadis yang teguh hatinya. Ia menyewa kamar kos di sebuah rumah yang dijuluki Windy Poplars oleh kedua pemiliknya yang janda,

Belajar Agama dan Kemanusiaan Sambil "Ngopi"

Judul buku: Kembali Menjadi Manusia Penulis: Doni Febriando Kategori: Non-fiksi (Motivasi Islami) Penerbit : Quanta ISBN: 978-602-02-5262-9 Terbit: 2014 Tebal: xviii + 218 halaman Harga: Rp. 54.800,- Agama Islam dibawa ke Nusantara oleh Walisongo lewat jalan cinta dan kasih sayang. Sebagaimana saat Rasulullah Saw pertama kali menyampaikan agama ini ke orang-orang di sekitarnya, Walisongo ketika itu juga menjadi "satu-satunya" yang tidak tersesat. Delapan abad lamanya agama Islam sudah ada di Nusantara, namun belum satu pun pribumi memeluknya. Yang memeluk Islam hanya "orang luar" yang tinggal di Nusantara. Sepintas mengherankan; bagaimana mungkin selama delapan abad agama Islam belum bisa diterima pribumi? Selama kurun waktu kurang dari 50 tahun, kehadiran Walisongo justru mampu mengislamkan banyak sekali pribumi. Jawabannya karena gaya dakwah Walisongo meniru cara dakwah Nabi Muhammad Saw yang lembut dan tanpa paksaan.

Menulis Tidak Harus Didasari Gagasan Super

Judul buku: Laki-laki yang Tidak Memakai Batu Cincin Penulis: Badaruddin Amir Kategori: Kumcer Penerbit: FAM Publishing ISBN : 978-602-3350-23-0 Terbit: Maret 2015 Tebal : 176 halaman Menulis cerpen memang tidak harus selalu dimulai dengan gagasan-gagasan super. Bahkan dengan ide sederhana yang bertebaran di sekitar pun, seorang penulis bisa membuat karya cerpen yang bagus dan bermutu. Badaruddin Amir membuktikan itu di sini. Saya hitung, dari 17 cerpen di buku ini, sekurang-kurangnya ada 8 cerpen yang berhasil mengangkat gagasan yang "biasa saja" menjadi lebih dari sekadar biasa. Cerpen pertama, "Laki-laki yang Tidak Memakai Batu Cincin" (hal. 40), yang juga dijadikan sebagai judul buku ini, berisi kecenderungan manusia Indonesia yang senang meniru-niru, ikut-ikutan, musim-musiman. Cerpen ini semacam sindiran sekaligus mengangkat fenomena batu akik yang lagi ngetrend . Dikisahkan ada seorang lelaki yang merasa terkucil akibat hanya