(Dimuat di Radar Mojokerto edisi Minggu, 12 Februari 2017) Orang-orang sudah bubar, tetapi Jim masih meringkuk di kuburan bapaknya. Anak itu memang cukup sinting, tetapi jangan ditanya soal cinta. Kepada sang bapak, Jim rela menyerahkan seluruh hidupnya jika sanggup. Hanya saja, maut tidak bisa diajak diskusi, sehingga yang meninggal tetaplah bapaknya. Yang di ambang nyawa adalah Bapak, dan yang meninggal tentu adalah Bapak. Jim sedih; kenapa maut tidak bisa ditukar-tukar? Jim sudah menduga ini bakal terjadi tidak lama setelah dia melihat bapaknya batuk darah. Orang itu terlalu renta waktu memiliki anak Jim. Pekerjaan beliau sebagai kuli batu tidak mencukupi gizi Jim, yang ditinggal emaknya kawin lagi ketika dia berumur empat tahun. Orang-orang awalnya yakin itulah yang jadi alasan utama kenapa Jim agak tidak waras. Tetapi, ada begitu banyak keluarga di dusun itu yang bapaknya tak lebih mujur dari bapak Jim, yang seorang mandor tidak bakal tega melepas ku
Menghibur dengan Sepenuh Hati